SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan http://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann STT BNKP Sundermann en-US SUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan 1979-3588 <p>Authors who publish with Sundermann Journal agree with the following requirements:</p> <ol> <li>The author retains the copyright and provides the Sundermann Journal with the right of the first publication with the paper simultaneously licensed under the <a href="http://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/">Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License</a> that allows others to freely share and quote this work with the recognition of authorship of the author's work and initial publications in Sundermann Journal.</li> <li>Authors are permitted to distribute versions published in this journal (for example posting to institutional repositories or publishing them in a book), recognizing initial publications in Sundermann Journal.</li> </ol> PENDIDIKAN KRISTEN DALAM ISU PERANG DAN KONFLIK GLOBAL http://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/130 <p>Keberadaan manusia dari masa ke masa dipengaruhi oleh permasalahan perang dan konflik global yang mempunyai pengaruh besar terhadap stabilitas, kehidupan sosial manusia, perekonomian, dan kesehatan. Permasalahan ini sudah menjadi urgensi global karena seiring berjalannya waktu perkembangan senjata modern juga semakin meningkat yang dapat mengancam peradaban dunia. Sebagai masyarakat global yang terkena dampak langsung dan tidak langsung dari permasalahan ini, memiliki peran dalam menjaga perdamaian dunia. Sebab inilah cita-cita Kristus bagi manusia dalam mewujudkan perdamaian dunia dan menegakkan kebenaran-Nya di dunia. Untuk mencapai tujuan-Nya, pendidikan Kristen merupakan lembaga yang paling berpengaruh dalam mendidik dan mengembangkan peserta didik untuk mewujudkan peran dan tanggung jawabnya sebagai umat beriman di tengah realitas dunia yang kompleks dan tidak stabil. Oleh karena itu, jurnal ini bertujuan untuk menyelidiki urgensi pendidikan Kristen dalam mengajar dan membimbing siswa untuk memahami panggilan dan perannya di dunia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tinjauan pustaka dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, dan menganalisis sumber-sumber yang relevan sesuai dengan bidang penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan Kristen berperan penting dalam membentuk pemahaman siswa terhadap isu perang dan konflik global. Pendidikan mengenai isu-isu ini dapat membantu siswa memahami secara kritis konflik global, dampaknya, dan upaya untuk memajukan perdamaian dan menegakkan kebenaran Tuhan.</p> Ivana Elsa Dian Pertiwi Copyright (c) 16 1 philosophy of south lampung cu MAKNA FILOSOFIS TRADISI TARI TUPING KESENIAN DAN BUDAYA LOKAL DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN http://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/127 <p>This research intends to answer fundamental questions about the philosophical meaning of <br>tupping dance. This type of research is field research and judging from its nature, this research <br>is descriptive. In obtaining field information, researchers used informants and used purposive <br>sampling techniques. The method used is data collection through interviews, observation and <br>documentation. To achieve this research, philosophical principles approach methods were used, <br>such as interpretation, descriptive analysis, historical and hermeneutical methods.<br><br>And in drawing conclusions using the deductive method, namely a pattern of understanding <br>that begins by taking general rules to obtain specific knowledge conclusions. From the results of <br>this research several things can be found: the philosophical meaning contained in the tupping <br>dance is an attitude of responsibility towards what is done regardless of one's status. The <br>philosophical meaning contained in the dance movements symbolizes fortitude in facing <br>problems and being responsible, responsive and careful, and maintaining agility in conveying <br>everything. The philosophical value in musical instruments symbolizes greatness and glory, <br>which means a communicative and informative society which always follows developments with <br>the times but remains controlled by the norms of the nation's religion, customs and culture.</p> Annisa Azzahra Rahmawati Copyright (c) 16 1 hal Hal Mengasihi Sesama dan Musuh http://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/126 <p><strong>Abstract: </strong>In social life, work and social friction cannot be separated. Without realizing it, this friction will cause huge problems, and will have an impact on culture and religion. And if it is not reconciled it will become a complex problem. So it can lead to war and hostility between people. The friction that often occurs in society is SARA, it is very rare for friction to occur within each other. It must always be outside the group, whether based on ethnicity, religion, etc. Therefore, if this is not resolved then there will be no peace in it. God calls Christians to live side by side peacefully in the midst of society as a form of God's presence in the midst of a plural people. God presents Christians as examples for others. Therefore Christians should not commit acts that are not praiseworthy. This research uses qualitative methods to see how Christians should live in a society that frequently experiences accidents. And how should Christians respond to the birth of friction that exists as God calls Christians as Agents of the Revelation of God's Love.</p> <p>&nbsp;</p> andri togatorop Copyright (c) 16 1 Strategi Pengembangan Gereja Bercermin dari Sejarah Misi dan Penginjilan di Tanah Minahasa http://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/125 <p>Tanah Minahasa merupakan sebuah wilayah yang terkenal dengan warisan agama Kristen yang kuat. Misi dan penginjilan gereja Kristen di tanah Minahasa memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan gereja dan masyarakat di wilayah tersebut. Namun, beberapa tahun terakhir telah terjadi penurunan kehadiran di gereja dan partisipasi dalam kegiatan gereja. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain urbanisasi, sekularisasi, dan bangkitnya gerakan keagamaan baru. Peneliti menggunakan metode penelitian kepustakaan untuk mengumpulkan data tentang sejarah penginjilan di Tanah Minahasa dan strategi pengembangan gereja. Pemberitaan Injil dan pendirian gereja memberikan dampak yang sangat besar terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat Minahasa. Kekristenan membawa perubahan dalam praktik tradisional masyarakat Minahasa, seperti penghapusan perbudakan, penghentian pengayauan, dan penerapan monogami. Dengan menyusun strategi pengembangan gereja yang berakar pada Injil dan relevan dengan tantangan kontemporer yang dihadapi gereja-gereja di Minahasa, maka Gereja-gereja di Minahasa dapat berkembang dengan berfokus pada pemberitaan Injil. Gereja-gereja yang memberitakan Injil secara efektif akan mengalami pertumbuhan kehadiran dan partisipasi.</p> Fingfing Keren Grace Wong Ferdiand Sulistiyo Dolie Fransix Imanuel Copyright (c) 16 1 Penerapan Diakonia Reformatif Bagi Kaum Miskin Di Jemaat Banua Niha Keriso Protestan Siofabanua http://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/122 <p>Konteks warga Gereja BNKP Jemaat Siofabanua yang dihadapkan dengan persoalan kemiskinan menjadi pemicu pelayanan diakonia karitatif. Pelayanan dalam bentuk pemberian bantuan uang atau barang, kepada warga jemaat yang miskin, dilakukan sekali dalam empat bulan. Namun, diakonia karitatif belum menjadi solusi untuk mengentaskan kemiskinan warga jemaat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Gereja BNKP Jemaat Siofabanua telah menerapkan diakonia reformatif dalam upaya untuk mengentaskan kemiskinan warga jemaatnya. Dalam penelitian ini penulis memakai metode deskriptif dalam rangka menggambarkan dan menganalisa penerapan diakonia reformatif serta manfaatnya secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama ini, pelayanan diakonia bagi warga Gereja BNKP Jemaat Siofabanua adalah pelayanan diakonia karitatif. Pelayanan ini baik untuk menyelesaikan masalah yang bersifat insidentil dalam durasi waktu yang tidak lama atau dalam bahasa lain tanggap darurat, namun belum mampu mengentaskan kemiskinan warga jemaat. Mengingat bahwa pelayanan diakonia karitatif itu berupa uang dan barang yang habis terpakai dalam waktu singkat karena sangat dibutuhkan. Gereja BNKP Jemaat Siofabanua masih menerapkan pelayanan diakonia karitatif, belum diakonia reformatif yang dapat membangun kehidupan jemaat. Dengan kata lain, pelayanan diakonia yang tepat untuk mengentaskan kemiskinan warga jemaat ialah pelayanan diakonia reformatif, bukan karitatif. Sebab penerapan diakonia reformatif berimplikasi bagi pertumbuhan ekonomi warga jemaat.</p> Yunelis Ndraha Copyright (c) 16 1 URGENSINYA SERMON PELAYAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBERITAAN FIRMAN DI IBADAH GEREJA BNKP http://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/124 <p>Khotbah adalah salah satu unsur terpenting dalam ibadah Kristen. Pentingnya khotbah karena disitulah pesan Tuhan disampaikan melalui hamba-Nya, dalam hal ini di gereja BNKP melalui para pengkhotbah, baik Pendeta, Vikar, Guru Jemaat, SNK (penetua Gereja yang ditugaskan untuk pelayanan ini. Namun, realita yang terjadi, khotbah cenderung kurang berkualitas sehubungan dengan kurangnya persiapan pelayan dalam mempersiapkan khotbah. Salah satu solusi penting yang dapat digunakan adalah <em>sermon </em>atau persiapan pelayan. Tulisan ini mencoba meneliti sejauh mana pelaksanaan <em>sermon </em>dalam mempersiapkan khotbah di gereja BNKP, sekaligus menganalisis faktor yang menyebabkan kurang aktifnya sermon pelayan di BNKP. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, peneliti melaksanakan sebaran kuisioner melalui google form kepada 80 orang Vikar I dan II yang sedang melayani di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka peneliti &nbsp;memberikan rumusan tentang teknik pelaksanaan sermon yang berguna bagi peningkatan kualitas khotbah para hamba Tuhan di gereja BNKP.&nbsp;</p> Gustav Gabriel Harefa Copyright (c) 16 1 GRATITUDE DALAM BUDAYA UNDHUH-UNDHUH DI GEREJA KRISTEN JAWI WETAN (GKJW) DI JAWA http://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/121 <p>Upacara undhuh-undhuh dalam Gereja Kristen Jawi Wetan memiliki makna sebagai bentuk rasa syukur. Upacara ini merupakan akulturasi dari dua budaya yaitu budaya Jawa dan ajaran kristiani. Undhuh-undhuh memiliki makna selain sebagai ungkapan rasa syukur, juga terkandung nilai toleransi. Tujuan dari studi ini adalah Menganalisa tentang budaya undhuhundhuh dari sudut tinjauan gratitude. Metode yang digunakan dalam studi ini yaitu studi literatur dengan konsep psikologi budaya. Budaya undhuh-undhuh adalah salah satu budaya yang masih dilestarikan oleh umat GKJW. Akulturasi pada budaya ini terletak pada kegiatan penduduk sekitar yang berprofesi sebagai petani. Undhuh-undhuh itu sendiri dengan ajaran kristen protestan sebagai kepercayaan penduduknya mengandung nilai gratitude yang berupa rasa terimakasih yang dipicu oleh penerimaan manfaat dari Tuhan. Gratitude sangat berdampak pada kehidupan manusia dalam hal kepuasan, kebahagiaan, prososial, mengurangi rasa iri dan materialisme, meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain, serta meningkatkan wellbeing dan pshysical health yang lebih baik. Undhuh-undhuh juga memiliki nilai toleransi yang merupakan cerminan juga dari gratitude. Gratitude membuat orang lebih memahami kekurangan dirinya dan dapat menumbuhkan rasa sosial terhadap orang lain. Dari hasil kajian, pengkaji merekomendasikan agar upacara undhuh-undhuh tetap dilestarikan oleh umat GKJW dan masyarakat setempat, karena selain dapat dilaksanakan sebagai event tahunan yang dapat mendatangkan investasi daerah, juga memiliki fungsi sebagai nilai toleransi antar umat beragama yang merupakan akulturasi dua budaya yaitu budaya setempat dan ajaran kristiani.</p> Diorestu Lamas Christofandi Copyright (c) 16 1 Re-Interpretasi Hak Milik Pribadi Dalam Bingkai Dimensi Sosial http://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/119 <p>This article aims to explain how private property rights are framed in a social dimension. Property rights here are given by God as a means to protect human life as well as those of others around them. This research was carried out using qualitative methods by reviewing Christian theological literature and developing topics related to private property rights within the framework of the social dimension. First, the author explains how property rights are defined, the social dimensions and what the Biblical view of this is. Then the author explains how Christianity views this by explaining how the significance of property ownership comes from God. Then explains the theological view regarding private property rights within the framework of the social dimension which directs each individual to a view that shows that each person's rights must also be seen as part of someone's property rights within them. Private ownership or personal rights have a moral obligation to see other groups in society as having a part in it. With this understanding, private ownership must also be in a good and correct flow. Private property rights must always be in order to fulfill needs, while protecting personal sustainability and the lives of other people in need.</p> Magelhaens Sianipar Copyright (c) 16 1 Makna “Syarat Masuk Ke Dalam Jemaah TUHAN” Dalam Ulangan 28:1-8 Di Tinjau Dari Perspektif Feminisme http://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/120 <p><em><span style="font-weight: 400;">Interpretation of the Bible often does not pay attention to the cultural context and relevance to the present, so that it often results in discrimination for some parties, in this case, women and children conceived from illegitimate marriages. In addition to the culture of society that tends to regard women as second-class citizens make this discrimination considered a natural thing. In Deuteronomy 23:1-8 especially verses 1-6 it is often interpreted to support the bad stigma attached to women who become pregnant out of wedlock and the children they carry. This research was conducted to see selfishness interpretation of the text when applied to the present context through a feminist perspective. The author uses qualitative research methods with research instruments library research to present the results of the exposition of repetition 23:1-8 from the perspective of feminism to see and draw meanings that are relevant to the present context. Furthermore, the results of the research found how discrimination was experienced by women through the narratives of respondents and how this is still considered normal until now. In addition, children born out of wedlock experience reduced rights. And finally, the writer wants the reader to be aware of how the text of the Bible can become a text that is selfish when interpreted without looking at the differences in the context of the times. The author wants the reader to be more sensitive to the condition of the marginalized parties who often don't get much attention.</span></em></p> Tiurma Manurung Tiurma Manurung Copyright (c) 16 1 Daud and Mephibosheth http://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/118 <p><em>The condition of a person's disability is still a hot polemic to be discussed. One of the problems that is often overlooked or even normalized by today's people is the granting of inheritance rights for people with disabilities. Their situation as persons with disabilities keeps them from getting their full rights in the inheritance that they should get. Persons with disabilities are considered unable to obtain or even unable to manage these rights/inheritance. This of course creates a new oppression for them as persons with disabilities because they cannot receive what they should get. Inheritance problems for people with disabilities can actually be found in the Bible. One of the Bible stories that today's Christians may rarely know is about one of the children of Jonathan, David's friend, Mephibosheth. Jonathan's son is a person with a disability because his legs are lame as a result of an incident in his childhood. Mephibosheth's condition as a person with a disability meant that he was denied his rights as the grandson of King Saul (a descendant of the royal family). Therefore, through this paper, using a simple historical critical method, I want to show and dismantle the problem of injustice for persons with disabilities, especially in terms of inheritance. In addition, considering that this paper uses a disability perspective, of course it will at least provide a new perspective on the issue of inheritance rights for persons with disabilities by prioritizing aspects of justice and equality which so far have been underestimated.</em></p> Geovanny Geraldy Laurentius Khoswandy Copyright (c) 16 1