https://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/issue/feedSUNDERMANN: Jurnal Ilmiah Teologi, Pendidikan, Sains, Humaniora dan Kebudayaan2024-12-29T19:22:00+07:00Eirene Kardiani Gulojurnal@sttsundermann.ac.idOpen Journal Systemshttps://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/174Pendeta Digital: Transformasi Fungsi Pastoral di Era AI dan Society 5.02024-12-29T19:22:00+07:00Evans Sagalaevansagalaa@gmail.com<p>Penelitian ini menganalisis transformasi fungsi pastoral dalam era <em>Society</em> 5.0, khususnya fenomena digitalisasi pelayanan gerejawi dan pergeseran peran pendeta dalam ruang digital. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fungsional melalui teori <em>The Artifice of Intelligence</em> dari Noreen Herzfeld, studi ini menyelidiki kesenjangan antara fungsi pastoral tradisional dan potensi pelayanan digital. Temuan mengungkapkan bahwa meskipun AI memiliki kapabilitas teknis dalam mendukung pelayanan gereja, aspek-aspek fundamental seperti relasi interpersonal, pemahaman kontekstual, dan penyampaian pesan spiritual tetap membutuhkan sentuhan kemanusiaan. Transformasi digital menghadirkan urgensi redefinisi fungsi pastoral yang membutuhkan keseimbangan antara inovasi digital dan nilai-nilai fundamental pelayanan. Kesimpulannya, substitusi total peran pendeta oleh AI bertentangan dengan hakikat pelayanan pastoral yang menekankan relasi interpersonal dan spiritualitas manusiawi, sehingga diperlukan kerangka teologis yang jelas untuk mengatur integrasi AI dalam pelayanan gerejawi.</p>2024-12-28T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Evans Sagalahttps://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/169Menakar Ulang Gairah Relevansi Gereja2024-12-28T16:42:04+07:00Joas Adiprasetyajadiprasetya@gmail.com<p>This article aims to examine the myth of relevance lived by churches in Indonesia, which understands that the church must be relevant to the life issues in the world. This article takes a different path, namely, to critically question the assumption of relevance and proposing a different spiritual and ecclesial approach. Such an approach suggests that the church must be irrelevant to the world, in order to maintain its identity and calling received from the Triune God. The study is characteristically more conceptual than contextual, therefore a review of the context of churches in Indonesia is not specifically presented. A comparative study of the thoughts of Henri J. M. Nouwen, Timothy Radcliffe, Jonathan Menezes, and Mark Sayers is carried out analytically, which is then summarized through James Hunter's thoughts on the concept of “faithful presence,” which helps churches to maintain the tension between their identity and their relationship with the world.</p>2024-12-28T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Joas Adiprasetyahttps://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/166Media Sosial sebagai Sarana Pendidikan Kristiani: Suatu Upaya untuk Mendidik Generasi Z2024-12-12T08:42:38+07:00Amonita Waruwuamonitawaruwu1987@gmail.com<p>Media sosial menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan Generasi Z, generasi ini lahir pada saat internet telah tersedia dan mereka sangat bergantung pada teknologi untuk mengakses informasi. Sebagai respons terhadap perubahan realitas ini, gereja menghadapi tantangan dan peluang untuk mengadaptasi metode Pendidikan Kristiani dengan memanfaatkan media sosial sebagai sarana pembelajaran untuk menjangkau generasi ini. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana gereja dapat memanfaatkan media sosial sebagai sarana yang relevan bagi Pendidikan Kristiani untuk mendidik Generasi Z. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan mengumpulkan, mengevaluasi, dan menganalisis sumber-sumber yang relevan dengan bidang penelitian. Melalui studi literatur, dan hasil survei, ditemukan bahwa penggunaan media sosial dapat memperkuat penyampaian ajaran agama, memperluas jangkauan komunitas, dan menciptakan ruang interaktif yang relevan bagi generasi muda. Namun, tantangan seperti distorsi informasi, ketergantungan pada teknologi, bahaya kedangkalan karena ketiadaan berpikir serta kurangnya keterlibatan langsung dalam kehidupan berjemaat tetap menjadi hambatan yang perlu diatasi oleh gereja. Penelitian ini menawarkan pentingnya mengintegrasikan strategi digital dengan pendekatan pastoral untuk merelevansikan pendidikan kristiani yang relasional dan inkarnasional.</p>2024-12-28T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Amonita Waruwuhttps://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/173Menciptakan Equilibrium: Harmonisasi Kekuasaan Konstruktif Vs Otoritarianisme Politik dalam Etika Kristen2024-12-12T17:10:46+07:00Roy Haries Ifraldo Tambunroytambun521@gmail.com<p>Kekuasaan Konstruktif dan otoritarianisme politik di Indonesia memiliki hubungan yang erat dan signifikan, menciptakan fenomena yang meresahkan dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor penyebab dan dampak penyalahgunaan kekuasaan yang terjadi dalam konteks politik Indonesia. Melalui metodologi penelitian kualitatif, berbagai sumber literatur dianalisis untuk memahami dampak negatif dari kekuasaan yang tidak terkendali, termasuk munculnya praktik korupsi, kolusi, serta lemahnya penegakan hukum. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi kuat antara penyalahgunaan kekuasaan dengan ketidakadilan sosial dan erosi kepercayaan masyarakat terhadap institusi pemerintahan. Penelitian ini merekomendasikan perlunya reformulasi kebijakan yang lebih efektif dan penerapan etika Kristen dalam praktik politik. Dengan mengedepankan prinsip-prinsip etika, diharapkan kekuasaan dapat digunakan untuk melayani masyarakat secara adil, menciptakan lingkungan kondusif bagi pembangunan berkelanjutan, serta memberikan wawasan baru bagi pembuat kebijakan dalam menangani masalah otoritarianisme dan penyalahgunaan kekuasaan di Indonesia.</p>2024-12-28T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Roy Haries Ifraldo Tambunhttps://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/143Dari Alkitab ke alki(tab)? Preferensi Nasrani mengenai Fenomena Penggunaan Kitab2024-12-12T15:08:34+07:00Otniel Aurelius Noleniellarta09@gmail.com<p>Kitab digital telah menjadi alat dan bahan penting untuk belajar dan beribadah dalam komunitas Kristen. Meski demikian, sebagian perilaku umat Nasrani, tetap mempertahankan kebiasaan menggunakan Alkitab dalam konteks Indonesia. Peneliti berargumen bahwa orang Kristen mempunyai preferensi terkait budaya menggunakan salah satu atau keduanya sesuai sikon: Alkitab dan/atau alki(tab). Tujuan penelitian ini ialah menganalisis preferensi Nasrani mengenai fenomena penggunaan kitab yang dianalisis berdasarkan perspektif sosiologi agama. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan reviu literatur, observasi, wawancara, dan <em>Screenshot Diaries</em>. Peneliti menemukan bahwa modernisasi memengaruhi perubahan sosial yang membuat masyarakat mengakrabkan diri dengan era digital. Hal itu telah tampak dalam siklus kehidupan tertentu yang mencerminkan keadaan dalam menggunakan alki(tab), selain Alkitab. Walaupun ada kitab digital, sebagian umat tetap memilih menggunakan Alkitab karena keyakinan bahwa menggunakan Alkitab lebih tidak terdistorsi oleh godaan perangkat elektronik. Penggunaan kitab tentu memperlihatkan keuntungan sekaligus tantangan. Ada transformasi ganda dari perilaku orang Kristiani mengenai penggunaan kitab yang berimplikasi pada preferensi.</p>2024-12-28T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Otniel Aurelius Nolehttps://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/141Esensi Bunga Altar dalam Liturgi Ibadah Minggu2024-07-27T10:50:50+07:00Wando Sampetua Pasaribuwandopsrb@gmail.comRicky Pramono Hasibuanrickyhasibuan@stt-hkbp.ac.idMorrys Syahputra Marpaungmorrysm@stt-hkbp.ac.idMikaelmikaelharianja@stt-hkbp.ac.id<p>Altar flowers play an important role in various religious traditions, including in the context of the worship liturgy of Lutheran churches today. This paper explores the significance of altar flowers in the liturgical context of the Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) church, focusing on their symbolic meaning, aesthetic aspects, and the psychological impact they bring to worship. In worship, altar flowers are visual elements rich in meaning and often used to represent symbols such as the beauty of fertility, new life, or sacrifice, which contribute to the spiritual experience of the congregation. But behind it all, the author has a question from several sources that must be answered by the author regarding how important altar flowers are in the liturgical celebration of worship and what about the flowers that must be given in the altar whether live flowers or otherwise. That way the author will investigate further about the essence and true meaning of altar flowers in the Sunday worship liturgy at the HKBP Tambun Sari Ressort Bongbongan Church. The author then uses the literature method by examining church theological documents and analyzing interview data with congregations at HKBP Tambun Sari Ressort Bongbongan. The results show that regardless of the type of flower chosen, it is important to understand that the essence of using altar flowers is to express deep symbolic and spiritual meaning, in the context of worship.</p>2024-07-27T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Wando Sampetua Pasaribu, Ricky Pramono Hasibuan, Morrys Syahputra Marpaung, Mikael Harianjahttps://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/139Konsep Kesetaraan Gender dalam Ritual Pa’bannetauan Perkawinan2024-12-29T12:29:28+07:00Alfian Mela Maranalfianmelamaran@gmail.comMarselius Sampe Tondokmarcelius@staff.ubaya.ac.id<p>This study discusses the division of gender roles in the culture of Mamasa, West Sulawesi, focusing on the Pa'bannetauan ritual related to marriage and childbirth. The study finds that the bilateral kinship system in Mamasa allows for an equitable division of roles between men and women, supporting gender equality. Although there is freedom in choosing a partner, strict customary rules must still be followed, including offerings and agreements between both families. These findings are compared with patrilineal and matrilineal kinship systems in other cultures, showing that the bilateral system in Mamasa better supports gender equality. The article concludes that the customary norms in Mamasa can serve as an example of how traditions can support gender equality and justice in society.</p>2024-12-28T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Alfian Mela Maran, Marselius Sampe Tondokhttps://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/138Online Social Support Terhadap Penyintas Covid-19 dari Perspektif Pendampingan Masyarakat di Karombasan Selatan, Manado-Sulawesi Utara2024-07-30T16:44:25+07:00Julio Eleazer Nendissajulionendissa35@gmail.comJacob Daan Engeljacob.engel@uksw.eduGunawan Yuli Agung Suprabowogunawan.suprabowo@uksw.edu<p>Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis <em>online social support</em> bagi penyintas Covid-19 dari perspektif pendampingan masyarakat di Karombasan Selatan, Manado, Sulawesi Utara. Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini yaitu metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan pengumpulan data yaitu wawancara. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa para penyintas Covid-19 di Karombasan Selatan mendapatkan perlakuan tidak baik dari masyarakat seperti dicaci maki, diusir dari rumah, diancam membakar rumah, diasingkan dari pergaulan. <em>Online social support</em> bersifat informasi, emosional, instrumental, penghargaan, jaringan sosial hadir untuk memberikan pendampingan masyarakat seperti gotong royong, tolong-menolong, menopang, mengasihi dan menyayangi, mendengarkan sehingga para penyintas Covid-19 di Karombasan Selatan telah merasakan kenyamanan, diperhatikan, dihormati, disayangi, dicintai, dihargai, dan terobati. Pada akhirnya, <em>online social support</em> dan pendampingan masyarakat bagi para penyintas Covid-19 di Karombasan Selatan berpengaruh positif karena mereka dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik dan kembali lebih kuat tanpa memikirkan lagi pengalaman buruk atau perlakuan tidak pantas.</p>2024-12-28T00:00:00+07:00Copyright (c) 2023 Julio Eleazer Nendissa, Jacob Daan Engel, Gunawan Yuli Agung Suprabowohttps://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/131Menggugat Tuhan: Harmoni Teodisea Leibniz dalam Realitas Krisis dan Penderitaan Liyan di Gaza2024-07-27T16:19:25+07:00krisma simbolonsimbolonkrisma@gmail.comEko Armada Riyantofxarmadacm@mail.com<p>Perang yang berlangsung antara Palestina dan Israel di Jalur Gaza sudah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu. Pada tahun 2023, perang kembali terjadi lagi di Jalur Gaza, yakni antara Kelompok Hamas (militan Palestina) dengan tentara Israel. Akibatnya, banyak korban berjatuhan dan mengalami penderitaan. Korban ini bukan hanya dari kalangan militer, melainkan juga orang-orang yang tidak bersalah seperti anak-anak, lansia, balita, wanita, penyandang disabilitas, dan sebagainya. Armada Riyanto menyebut kelompok ini sebagai Liyan. Keadaan ini kontradiksi dengan pengalaman akan Tuhan yang menjadi sumber kebaikan, sumber kebijaksanaan, dan sumber keadilan. Mengapa Liyan mengalami penderitaan? Apakah penderitaan tersebut berasal dari Tuhan? Dimana posisi Tuhan dalam penderitaan mereka? Fokus dari tulisan ini adalah untuk menjawab ketiga pertanyaan tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan. Leibniz menyatakan Allah merupakan sumber dari segala sesuatu. Allah menciptakan dunia yang terbaik dan tidak pernah menghendaki penderitaan manusia. kejahatan merupakan konsekuensi dari ketidaksempurnaan manusia dan kehendak bebasnya. Penderitaan yang dialami Liyan dalam perang tersebut bukan berasal dari Tuhan, melainkan akibat dari kejahatan sesamanya. Akibat keegoisan dan persaingan yang terjadi di antara pihak yang berperang membuat Liyan mengalami penderitaan. Mereka menjadi korban dari kehendak bebas manusia yang dipergunakan secara keliru. Tuhan selalu mendampingi Liyan yang menderita. Tuhan meminta pertanggungjawaban dari kehendak bebas manusia. Tuhan selalu berkarya dalam hidup manusia, bahkan pada saat manusia itu mengalami penderitaan. Perang ini harus segera dihentikan. Krisis kemanusiaan yang terjadi akibat perang tersebut harus membutuhkan penanganan dan perhatian yang serius dari berbagai pihak, khususnya mereka yang terlibat secara aktif dalam perang tersebut.</p>2024-07-27T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 krisma simbolon, Eko Armada Riyantohttps://jurnal.sttsundermann.ac.id/index.php/sundermann/article/view/130Pendidikan Kristen dalam Isu Perang dan Konflik Global2024-07-27T14:13:37+07:00Ivana Elsa Dian Pertiwiivanaelsadianp542@gmail.com<p>Keberadaan manusia dari masa ke masa dipengaruhi oleh permasalahan perang dan konflik global yang mempunyai pengaruh besar terhadap stabilitas, kehidupan sosial manusia, perekonomian, dan kesehatan. Permasalahan ini sudah menjadi urgensi global karena seiring berjalannya waktu perkembangan senjata modern juga semakin meningkat yang dapat mengancam peradaban dunia. Sebagai masyarakat global yang terkena dampak langsung dan tidak langsung dari permasalahan ini, memiliki peran dalam menjaga perdamaian dunia. Sebab inilah cita-cita Kristus bagi manusia dalam mewujudkan perdamaian dunia dan menegakkan kebenaran-Nya di dunia. Untuk mencapai tujuan-Nya, pendidikan Kristen merupakan lembaga yang paling berpengaruh dalam mendidik dan mengembangkan peserta didik untuk mewujudkan peran dan tanggung jawabnya sebagai umat beriman di tengah realitas dunia yang kompleks dan tidak stabil. Oleh karena itu, jurnal ini bertujuan untuk menyelidiki urgensi pendidikan Kristen dalam mengajar dan membimbing siswa untuk memahami panggilan dan perannya di dunia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tinjauan pustaka dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, dan menganalisis sumber-sumber yang relevan sesuai dengan bidang penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan Kristen berperan penting dalam membentuk pemahaman siswa terhadap isu perang dan konflik global. Pendidikan mengenai isu-isu ini dapat membantu siswa memahami secara kritis konflik global, dampaknya, dan upaya untuk memajukan perdamaian dan menegakkan kebenaran Tuhan.</p>2024-07-27T00:00:00+07:00Copyright (c) 2024 Ivana Elsa Dian Pertiwi